Tuesday, July 19, 2011

Rahasia Ramadhan


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."
(QS.Al Baqarah [2]:183).

Tamu suci akan datang kembali menjenguk kita, kaum Muslimin. Rasa rindu telah memenuhi ruangan kalbu untuk segera menyambut kedatangannya, bercanda dan bergaul dengannya. Mengapa rasa rindu ini senantiasa muncul? Ternyata tamu suci ini membawa rahasia- rahasia puasa yang tidak dimiliki tamu-tamu yang lain.

Rahasia- rahasia puasa itu adalah:

1.    Tazkiyatun Nafz (pembersih jiwa), yaitu dengan jalan mematuhi perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan melatih diri untuk menyempurnakan peribadatan kepada Allah semata.
2.    Walau pun yang demikian itu seseorang harus menahan diri dari hal-hal yang terlarang. Andaikata seseorang yang berpuasa bersedia, tentu dia bisa untuk melakukan makan, minum dan bergaul dengan isterin- ya, karena bisa jadi orang lain tidak akan mengetahuinya. Akan tetapi dia meninggalkan itu semua karena Allah SWT. Rasulullah SAW telah bersabda: "Demi dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum menurut (pandangan) Allah daripada bau minyak kasturi. Dia tidak makan, minum dan tidak berhubungan dengan isterinya (karena mematuhi perintah)Ku. Tiap- tiap amal Bani Adam adalah baginya, kecuali puasa. Karena sesung- guhnya puasa itu untuk Diri-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya" (HR. Bukhary dan Muslim dari Abu Hurairah, Al Lu'lu'u wal Marjan: 706).
3.    Puasa, di samping menyehatkan badan sebagaimana diteliti oleh para dokter spesialis, juga bisa memberikan aspek ketenangan dalam jiwa di atas aspek materi (jasad) dalam diri manusia.
4.    Manusia memiliki dua tabi'at; yang pertama, tabi'at yang dipengaruhi unsur tanah dalam dirinya. Unsur inilah yang senantiasa mendorong manusia untuk berbuat sesuatu yang menyimpang dari ajaran Islam jika dipenuhi dengan cara berlebih-lebihan. Tabi'at yang kedua adalah adanya unsur Ruh Ilahi yang ditiupkan Allah ke dalam jiwanya. Unsur ini yang senantiasa mengajak manusia ke jalan yang lurus sehingga manusia akan meraih derajat mulia. Apabila unsur tanah yang lebih menonjol, maka seseorang tak ubahnya seperti binatang atau bahkan lebih sesat lagi. Sebaliknya, apabila Ruh Ilahi yang lebih menonjol, maka seseorang akan mencapai derajat yang lebih tinggi dari Malaikat. Dengan berpuasa, maka akan memberikan latihan kepada manusia untuk memenangkan unsur Ruh Ilahi atas unsur tanah. Sehingga manusia mampu mengendalikan gejolak nafsunya baik itu berupa nafsu pemenuhan perut maupun syahwat, kemudian mengarahkannya menuju nilai-nilai yang Islami. Kepuasan kemenangan unsur Ruh Ilahi inilah yang akan mampu dirasakan, hanya bagi mereka yang berpuasa. Sabda Rasulullah SAW: "Orang yang mengerjakan puasa dengan (ikhlas) mempunyai dua kebahagiaan; (pertama) apabila dia berbuka puasa, ia merasa bahagia dengan berbukanya itu. (Kedua) apabila ia bertemu dengan Rabbnya, ua merasa bahagia dengan puasanya itu" (HR. Bukhary dan Muslim).
5.    Puasa mendidik seseorang untuk bersifat iradah (memiliki kemauan), membiasakan diri bersifat shabar dan membangkitkan rasa optimisme dalam diri.
6.    Rasulullah SAW telah bersabda: "Puasa (Ramadhan) adalah bulan shabar dan tiga hri dalam tiap-tiap bulan (dapat) menghilangkan rasa dengki dalam dada" (HR. Bazzar dari Ali dan Ibnu Abbas, dan Thabrani).
7.    Dalam berpuasa melatih seseorang untuk memilki kemauan, yaitu kemauan untuk melaksanakan ibadah puasa serta kemauan untuk meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa dan membatalkan pahalanya. Iradah (kemauan) ini akan terasa berat tanpa diiringi dengan jiwa shabar; shabar dalam menjalankan perintah Allah dan sekaligus shabar menjauhi larangan-larangan-Nya. Dengan dua senjata inilah; yaitu iradah dan shabar, akan menghantarkan seorang Muslim memiliki rasa optimisme. Yaitu optimisme akan pertolongan Allah baik di dunia maupun di akhirat. "Puasa sebagai perisai dari api neraka seperti perisainya seseor- ang di antara kamu dalam peperangan" (HR. Ahmad, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).
8.    Rasulullah SAw juga bersabda: "Puasa adalah perisai, yaitu satu benteng kekuatan dari sekian benteng kekuatan orang Mu'min" (HR. Thabrani dari Abi Umamah).
9.    Gharizah Jinsiyyah (naluri nafsu seksual) adalah termasuk senjata syaithan yang termasuk paling berbahaya dalam mebujuk manusia untuk berbuat maksiyat. Sampai-sampai teori Freud dan sejumlah psikolog menyebutkan bahwa seks adalah muharrik asasi (penggerak utama) bagi semua aktivitas manusia. Dan rupa-rupanya teori itulah yang dianut sebagian besar manusia "modern" dalam kehidupannya, menyebabkan kerusakan moral terjadi di mana-mana. Belum selesai penyakit-penyakit kelamin yang belum mampu diatasi, telah muncul penyakit baru yang cukup mematikan; yaitu AIDS. Runtuhnya pilar-pilar pernikahan serta hancurnya hubungan antara lelaki dan wanita dengan munculnya free seks, lesbianisme juga homoseksualisme. Di negara-negara tertentu penyimpangan-penyim- pangan seksual semacam itu telah mendapatkan legalitas dari pemerintah. salah satu rahasia puasa adalah mampu menurunkan "tensi" seksual manusia dan sebaliknya mampu menumbuhkan semangat berak- tifitas yang positif. Untuk itulah Rasulullah SAW telah berpesan: "Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian yang merasa "mampu" maka menikahlah! Karena sesungguhnya menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun barangsiapa yang tidak mampu (menikah), maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu sebagai wija' baginya" (HR. Bukhari dari Ibnu Mas'ud).
10. Dengan puasa akan menumbuhkan rasa syukur dalam diri seseorang terhadap nimat-nikmat yang teklah diberikan Allah SWT terhadap dirinya.
11. Malimpahnya nikmat kadang-kadang justru menjadikan seseorang lalai akan nilai syukur, karena dia sudah tidak memilki parameter lagi untuk bersyukur. Akan tetapi ketika kenikmatan itu tiba-tiba menghilang dari dirinya, maka dia akan merasakan betapa bersyukurnya jika seseorang mendapatkan nikmat seperti itu. Seseorang yang terbiasa kenyang dan makan yang lezat setiap harinya, maka dia akan kehilangan parameter untuk bersyukur. Dia tidak mengerti lagi mengapa dia harus bersyukur dengan kenikmatan-kenikmatan itu. Tetapi bila suatu saat dia harus merasa lapar dan dahaga ketika berpuasa, maka akan muncul rasa syukur yang dalam terhadap nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada dirinya. Betapa bahagianya orang yang lapar bisa makan kemudian kenyang dan betapa bersyukurnya orang yang sangat haus bisa minum sehingga basah kerongkongannya. Puasa akan melatih seseorang untuk mensyukuri segala nikmat yang telah dilimpahkan Allah Ta'ala kepada dirinya. Rasulullah SAW telah bersabda: "Rabbku pernah menampakkan kepadaku untuk membuat Sungai Makkah yang berisi emas. Kemudian aku berkata kepada-Nya: "Jangan wahai Rabbku! Tetapi aku (ingin) merasa kenyang sehari dan merasa lapar sehari. Sebab bila aku lapar, aku akan merendah sambil berdo'a dan berdzikir kepada-Mu. Sedangkan bila laparku hilang, maka aku mampu bertahmid dan bersyukur kepada-Mu"" (HR. Ahmad dan Tirmidzi dari Abi Umamah).
12. Puasa akan menghantarkan kepada manusia nilai ijtima'iyyah (sosial), terutama sekali puasa Ramadhan.
13. Semua orang baik yang kaya maupun yang miskin, yang memerintah maupun yang diperintah akan mengerjakan kewajiban yang sama dan larangan yang serupa. Sehingga orang-orang yang kaya dan berkedudukan akan merasakan serupa dengan orang-orang yang miskin dan tidak berkedudukan. Ibnul Qayyim berkata: "Puasa dapat mengingatkan orang-orang kaya akan penderitaan dan kelaparan yang dilanda orang-orang miskin".
14. Al Allamah Ibnul Hammam berkata: "Sesungguhnya tatkala orang yang berpuasa merasakan pedihnya lapar dalam sebagian waktu, ia akan teringat bagaimana jika lapar itu terus-menerus. Dari pera- saan ini akan timbul dalam dirinya rasa kasihan kepada orang- orang miskin".
15. Dalam bulan Ramadhan ada tadzkir 'amali (peringatan aplikatif) yang berlangsung selama satu bulan penuh. Yaitu peringatan kepada manusia untuk bersikap tarahum (kasih-sayang), muwasah (tolong-menolong) dan ta'athuf (lemah-lembut) antara individu serta bahu membahu di antara sesama mereka. Oleh karena itu bulan Ramadhan disebut juga sebagai bulan tolong-menolong. "Bahwa bulan Ramadhan adalah bulan tolong-menolong" (Dari Salman dalam Shahih Ibnu Khuzaimah).
16. Dalam bulan suci ini Rasulullah SAW adalah pelopor penyantun (HR. Bukhary dan Muslim). "Barangsiapa memberi jamuan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti pahalanya (orang yang berpuasa), tidak dikurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu" (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban). Semoga rahasia-rahasia puasa ini mampu kita singkap kemudian kita raih dalam amal perbuatan, sehingga tujuan puasa pun mampu kita genggam; yaitu taqwa.

 Wallahu a'lam bishshawab.....

Tri Wicaksono
E-mail : triw@ai.astra.co.id

No comments: