Monday, July 18, 2011

Puasa dan Panca Indra




Puasa tidak hanya sebatas menahan lapar dan haus saja. Menahan lapar dan haus adalah bentuk puasa perut, sedangkan perintah puasa ditujukan untuk seluruh panca inera kita. Lalu bagaimana bentuk puasa panca indera ini? Sebelum membahas puasa panca indera, ada baiknya kita mencoba melihat kembali bentuk puasa perut itu sendiri.

Puasa Perut

Puasa perut adalah dengan menjauhi yang haram, di samping menjauhi makan, minum, dan segala yang membatalkan puasa pada siang Ramadhan. Tetapi, ia juga harus puasa dari hal-hal haram ketika berbuka. Ia tidak akan memakan riba karena dengan memakan riba maka ia telah membuat Allah SWT marah. Sebagaimana Allah berfirman:


"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah makan riba dengan berlipat ganda" (Ali Imran:130)

"Dan, Allah telah menghalalkan jual dan beli dan mengharamkan riba."
(Al Baqarah:275)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya Allah melaknat yang memakan riba, yang mewakilkannya, yang menulisnya, dan kedua saksinya. Rasulullah bersabda:'Mereka semuanya sama'."
 
Pemakan riba sungguh telah menertawakan dirinya sendiri, mengisi perutnya dengan haram, ia berdo'a kepada Tuhannya padahal pintu ijabah telah digembok.Perut tidak bisa dikatakan berpuasa jika diisi dengan makanan berbuka yang haram, makanan yang diperoleh dari jalan riba, usaha haram, menipu, makan harta anak yatim, dan marah. Sungguh, rasa telah rusak manakala makanan dan minuman telah rusak, hati mengeras bagai batu manakala makanan dan minuman busuk, cahaya hati meredup manakala makanan telah kehilangan sifat halalnya.Bila sebongkah makanan mengendap dalam perut si pemilik, pengaruhnya tumbuh bersama daging dan darah.Tubuh manusia manapun yang tumbuh berkembang dari yang haram maka nerakalah yang paling layak untuknya.


Jika demikian pentingnya puasa perut bagi seorang mukmin. Lalu bagaimana dengan panca indera? Bagaimana puasanya?

Puasa Hati
Petunjuk hati adalah asas semua petunjuk, dasar semua taufiq, landasan dan pangkal semua perbuatan.
 
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:
"Ingatlah bahwa dalam tubuh terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ingatlah, segumpal darah itu adalah hati."

Setiap makhluk mempunyai hati. Tapi, hati ada dua macam, yaitu hati yang hidup disinari cahaya, dicerahkan iman, sarat dengan keyakinan dan diramaikan taqwa. Ada yang dicerahkan iman, sarat dengan keyakinan, dan diramalkan taqwa. Hati yang lain adalah hati yang mati, sengsara, dan menderita di dalamnya terdapat kehancuran dan kerusakan.

Bentuk puasa hati adalah:
1. Mengosongkan hati dari materi; bentuk-bentuk syirik yang merusak,      
    keyakinan yang bathil,     
    bisikan-bisikan jahat, niat-niat busuk, dan pikiran-
    pikiran keji.
2. Hati seorang mu’min puasa dari rasa sombong sebab kesombongan dapat
    menghancurkan hati. Kemah, rumah, dan tempat berteduh kesombongan   

    adalah hati. Jika hati telah ditempati kesombongan maka si empunya hati 
    menjadi sakit dan dungu, akalnya tidak sempurna dan gemar bermain.
3.  Hati seorang mu’min berpuasa dari rasa ujub (kagum atas dirinya
     sendiri), yakni membayangkan dirinya sempurna, lebih utama dari orang 

     lain, mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Obat ujub ini 
     adalah melihat ‘aib diri, banyak kekurangan, dan ribuan salah dan khilaf 
     yang dilakukan diri.
4.  Hati seorang mu’min berpuasa dari dengki, sebab perasaan dengki 

     menghancurkan semua perbuatan amal shalih, memadamkan cahaya qalbu,
     memberhentikan jalannya menuju Allah SWT.

Puasa Lidah
Lidah memiliki cara khusus dalam berpuasa yang dikenal oleh mereka yang menjauhi perkara sia-sia. Puasa lidah terus berlangsung selama ataupun di luar Ramadhan. Tetapi, dalam bulan Ramadhan ini lidah lebih terdidik dan terlatih. 

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Hati-hatilah kamu dengan ini, kemudian beliau menunjuk lidahnya.”

Puasa lidah adalah dengan menggunakan lidah untuk mengingat dan bersyukur kepada Allah SWT, tidak menggunakannya untuk mengucapkan kata-kata keji, kata-kata busuk ataupun tidak sopan.

Dalam lidah, bila tidak dikendalikan, terdapat lebih dari 10 kesalahan. ‘Aibnya adalah berkata bohong, bergunjing, mengadu domba, berkata kotor, mencela, berkata jahat, saksi palsu, mela’nat, menghina, merendahkan orang lain, dan lain-lain.


Lidah adalah jalan untuk kebajikan, tapi ia juga jalan kejahatan. Maka, wahai orang yang berpuasa, basahilah lidah dengan dzikir kepada Allah, didik ia dengan taqwa, bersihkan ia dari maksiat.

Puasa Mata

Mata pun berpuasa. Dana puasa mata adalah menahan padangan dari hal-hal yang diharamkan tidak digunakan untuk kejahatan, dan ditutup rapat dari hal-hal yang dilarang. Orang yang tidak dapat mengendalikan pandangannya akan tertimpa empat musibah:
 
1. Hatinya akan selalu gundah di setiap tempat, terbelah di setiap belahan
    bumi, tak ada tempat berpijak yang kokoh baginya, tak ada yang dapat
    menentramkan hatinya, tak akan ada ketenangan.
2. Melelahkan jiwa karena kehilangan atas apa yang dilihat mata dan tak
    dapat dicapai. Jiwa, karena perbuatan mata, akan gundah, sedih, dan 

    goncang.
3. Dengan membebaskan pandangan sebebas-bebasnya, ibadah akan hilang,
    ketaatan tak terasa manis.
4. Dosa besar sebagai balasan karena mata menodai kehormatan, melanggar
    batas-batas haram.. Seseorang tidak jatuh ke dalam kubang kejahatan kecuali
    setelah ia membebaskan pandangannya dengan membabi buta, dan kehilangan kontrol
    atas pandangannya.
 

Sementara itu, dalam menahan pandangan terdapat lima manfaat:
1. Ketaatan kepada Allah SWT, terutama berkenaan dengan perintah
    mengendalikan pandangan. Dengan ini akan diperoleh kenikmatan dan 

    kemuliaan di dunia dan akhirat.
2. Hati menjadi bersih, tenang, tentram, ceria, dan gembira.
3. Jauh dari petaka, aman dari bahaya, dan berhati-hati untuk tidak
    terjerumus dalam kesalahan.
4. Allah memberi hamba-Nya pertolongan berupa ilmu, ma’rifah, taufiq, dan
    kebenaran sebagai balasan atas taqwanya.
5. Allah memberi kekuatan pembeda yang hak dan yang bathil dalam hati
    orang-orang arif, memberi cahaya dalam orang-orang jujur. Dan itu 

    diberikan Allah untuk orang yang mengendalikan pandangannya.

Puasa Telinga

Telinga akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah tentang apa yang ia dengar.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawabannya.” (Al Isra’ : 36)

Telinga berpuasa dari mendengar kata-kata busuk, kata-kata jahat dan kotor. Telinga digunakan untuk mendengarkan nasihat disertai dengan renungan dan pemahaman. Telinga yang berpuasa akan digunakan untuk mendengarkan Al Qur’an yang membuahkan keimanan, petunjuk, cahaya hati dengan hikmah, ketenangan, ketentraman, dan kedamaian.

Makanan telinga adalah dzikir, ilmu yang bermanfaat, nasihat yang baik, etika
yang baik, mutiara pengetahuan dan ucapan yang baik. Khusus untuk telinga orang berpuasa diarahkan untuk mendengar hal-hal yang indah, sedangkan telinga orang-orang yang lalai mendengarkan kebatilan. Jika telinga dibiasakan mendengarkan hal-hal indah dan mengandung kebenaran, maka akan menambah kemantapan pijakan hati atas kebenaran. Sedangkan, mendengar kebatilan akan mewariskan dampak-dampak kebatilan ke dalam hati.

(Dikutip dari berbagai sumber)

No comments: